TRANSFORMASI PRIBADI
Sejak saya
lulus FK Unair tahun 1980 kemudian dinas di Kerek Kab Tuban, Montong,
spesialisasi di Surabaya, dinas di Pacitan kemudian Malang / Batu, saya adalah
orang yang oleh orang lain dianggap kaya dan juga aman.
Kemudian
mulailah drama itu. Seorang ibu paro baya datang ke rumah menawarkan buku anak
anak tentang alam. Sambil melayani pembelian saya beliau cerita bahwa dulu
suaminya dokter, kemudian meninggal dan anak anak masih membutuhkan
dana. Itulah
kehidupan, begitu pikir saya.
Beberapa
hari kemudian, datang lagi ibu lain yang menawarkan asuransi. Ibu tadi cerita
bahwa sewaktu muda beliau agen asuransi, kemudian menikah dengan dokter dan
berhenti bekerja. Sekarang suaminya meninggal dan beliau kembali menekuni
profesinya
yang lama.
Saya mulai
berpikir :”Mengapa ya para janda dokter ini kok harus bekerja lagi ? Mestinya
kan sudah bisa duduk manis menikmati peninggalan suami ?”. Belum juga mengendap
pikiran itu, di rumah sakit saya menjumpai lagi seorang janda dokter. Di ruang
bidan, duduk ibu ibu usia 70 an sedang membagikan baju ke para bidan untuk di
kredit. Kepala ruangan memperkenalkan saya :”Dok dok, ini kenalkan bu dokter ..
. . “. Waduh . . . . janda dokter lagi ??
Saya mulai
berpikir :”Kalau satu janda dokter mungkin kebetulan. Tetapi 3 janda dokter
dipertemukan saya, pasti ada “pesan dari langit” yang perlu saya cermati”
Sorenya,
saat duduk di Gazebo, tiba tiba terbuka pikiran saya.
Kondisi saya
saat itu sama persis dengan kondisi ibu ibu tadi ketika suaminya masih hidup.
Tahun 1997 itu usia saya 43 tahun, hidup mewah dan menjadi satu satunya sumber
keuangan keluarga. Jika saya meninggal, nasib isteri saya pasti tidak akan jauh
berbeda dengan ibu ibu tadi, harus mencari nafkah. Saya yang tadinya merasa
penghasilan nya aman, tiba tiba saja merasa terancam.Tetapi saya masih bingung,
mengapa seorang dokter yang sudah puluhan tahun praktek, ketika meninggal,
isterinya harus bekerja lagi ?. Pertanyaan itu baru terjawab 3 tahun kemudian.
Tahun 2000, 2 buku Robert T Kiyosaki terbit di Indonesia, yaitu Rich Dad Poor
Dad dan Cashflow Quadrant. Disana saya baru tahu tentang penghasilan aktif,
pasif, aset, beban. Disitu saya sadar bahwa kondisi saya ini sebenarnya miskin
sekali. Jika suatu saat saya berhenti mencari nafkah, maka ekonomi keluarga
saya akan berantakan dan isteri atau anak harus bekerja mencari nafkah.Januari
2003 saya belajar MATERIALISASI (penerapan LOA sekarang) ke pak Haris Suhyar di
perguruan Sirnagalih di Jakarta.
Saya
melakukan materialisasi meminta penghasilan pasif karena itulah satu satunya
yang saya belum punya. Selama berbulan bulan saya melakukan dan akhirnya saya
lupakan. Tetapi tanpa saya sadari, perjalanan hidup saya diarahkan kesana. Saya
di paksa anak hadir di Leadership Seminar, disana saya lihat jenis kehidupan
yang nyaris tidak pernah bisa saya bayangkan. Adaorang bekerja hanya sementara
kemudian seumur hidupnya bisa menikmati hasil kerjanya tadi.. Itu sesuatu yang
tidak masuk akal bagi saya. Menurut saya, untuk bisa hidup nyaman ya harus bekerja
keras. Inspirasi yang saya dapatkan di Leadership Seminar itu yang mampu
mengubahnya. Akhirnya saya setuju menjalankan bisnisnya dan ikut pendidikannya,
Kurang dari dua tahun sudah mendapat penghasilan pasif yang cukup, saya
memutuskan berhenti praktek. Tanggal 17 Agustus 2005, saya menurunkan papan
praktek dan merdeka untuk pertamakali nya sejak saya masuk SD tahun 1961 yang
lalu.
Pekerjaan
saya sekarang menjadi provokator. Setiap bertemu dengan orang saya katakan
:”Jangan terlalu lama bekerja mencari uang karena itu percuma saja, cuma akan
menghabiskan waktu Anda yang berharga dan hanya sekedar bertahan hidup. Ada
yang bertahan dalam hidup mewah, ada yang biasa biasa saja. Sebenarnya Anda
cukup 5 – 10 tahun bekerja, ikutlah bimbingan membangun aset. Nanti asetnya
akan bisa menggantikan Anda dalam menghasilkan uang. Anda bisa berkumpul lebih sering
dengan keluarga dan orang orang yang Anda cintai”. Setiap ketemu siapapun saya
terus berbicara tentang itu. Jangan terlalu lama jadi budaknya uang. Hidupnya
diatur oleh uang. Jika kehabisan uang kita bekerja mati matian, jika kelebihan
uang kitabermewah mewahan. Hidup naik turun diatur oleh uang. Jadilah majikannya
uang atau master of money. Kalau punya uang kita investasikan supaya bisa
bertambah banyak. Hidup secukupnya saja, tidak tergantung besarnya penghasilan.